Tidak Memperhatikan Isteri
TIDAK MEMPERHATIKAN ISTERI
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Suami saya –semoga Allah memaafkannya- walaupun berakhlak baik dan takut kepada Allah, ia sama sekali tidak punya perhatian terhadap saya di rumah. Ia selalu bermuka masam dan mudah sekali tersinggung, bahkan saya sering dituduh sebagai penyebabnya. Tapi Allah Maha Tahu bahwa saya, alhamdulillah, senantiasa selalu memenuhi haknya dan selalu berusaha membuatnya tenang dan tenteram serta menjauhkan darinya segala sesuatu yang dapat menyakitinya, serta saya tetap bersabar menghadapi semua sikapnya terhadap saya.
Setiap kali saya bertanya tentang sesuatu atau mengajaknya berbicara tentang sesuatu, ia langsung marah dan menghardik, ia bilang bahwa itu perkataan bodoh dan tidak berguna, padahal ia selalu bersikap ceria terhadap teman-temannya. Sementara dalam pandangan saya sendiri, tidak ada yang saya lihat pada dirinya selain mencela dan memperlakukan saya dengan buruk. Sungguh hal ini sangat menyakiti dan menyiksa saya, sampai-sampai saya pergi meninggalkan rumah beberapa kali.
Saya sendiri , alhamdulillah, seorang wanita yang berpendidikan menengah (SLA) dan saya bisa melaksanakan apa yang diwajibkan Allah atas saya.
Syaikh yang terhormat, jika saya meninggalkan rumah dan mendidik anak-anak sendirian serta bersabar menghadapi kesulitan hidup, apakah saya berdosa? Atau haruskah saya tetap bersamanya dalam kondisi seperti itu sambil tidak bicara dan bersikap masa bodoh terhadap urusan dan problematikanya?
Tolong beritahu saya tentang apa yang harus saya lakukan. Semoga Allah memberikan kebaikan pada anda.
Jawaban
Tidak diragukan lagi, bahwa yang diwajibkan atas suami isteri adalah saling bergaul dengan cara yang patut, saling bertukar kasih sayang dan akhlak yang luhur disertai dengan sikap baik dan lapang dada. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut” [An-Nisa/4 : 19]
Dan firman-Nya.
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya” [Al-Baqarah/2 : 228]
Juga berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ
“Kebaikan adalah berakhlak baik” [1]
Dan sabdanya.
وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ
“Janganlah engkau meremehkan perbuatan baik sedikit pun. (Lakukanlah) walaupun (hanya) berjumpa saudaramu dengan (menunjukkan) wajah berseri-seri” [2]
Serta sabdanya.
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang perilakunya paling baik terhadap isterinya” [3]
Dan berdasarkan hadits-hadits lainnya yang menunjukkan anjuran berakhlak baik, wajah berseri saat berjumpa dan perlakuan yang baik antar sesama muslim secara umum, lebih-lebih antara suami isteri dan kerabat.
Anda telah melakukan hal yang baik, yaitu bersabar dan tabah terhadap sikap keras dan perilaku buruk suami anda. Saya sarankan agar anda meningkatkan kesabaran dan tidak meninggalkan rumah, karena dengan begitu isnya Allah akan banyak kebaikan dan akibat yang terpuji, berdasarkan firman Allah.
“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar” [Al-Anfal/8 : 46]
Dan firmanNya.
“Sesungguhnya barangsiapa yang bertaqwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik” [Yusuf/12 : 90]
Serta firmanNya.
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas” [Az-Zumar/39 : 10]
Juga firmanNya.
“Maka bersabarlah ; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa” [Hud/11 : 49]
Tidak ada salahnya anda mencoba mencandainya, mengajaknya berbicara dengan kata-kata yang bisa melunakkan hatinya serta membangkitkan kepedulian dan perasaannya terhadap hak-hak anda. Hindari permintaan-permintaan materi duniawi selama ia melaksanakan urusan-urusan penting yang wajib, sehingga dengan begitu hatinya akan tenang dan dadanya menjadi terbuka untuk menerima saran-saran anda. Dengan demikian anda akan mensyukuri akibatnya –insya Allah-. Semoga Allah menambahkan kebaikan anda dan memperbaiki kondisi suami anda, mengilhami dan menunjukinya serta menganugrahinya akhlak yan baik, lapang dada dan memelihara hak-hak. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik tempat meminta dan Dialah yang menunjukkan ke jalan yang lurus.
[Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin, juz 2, hal.830-831]
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masail Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Albalad Al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisiy, Penerjemah Musthofa Aini, Penerbit Darul Haq]
_______
Footnote.
[1]. HR Muslim, kitab Al-Burr was Shilah (2553)
[2]. HR Muslim, kitab Al-Birr was Shilah (2626)
[3]. HR Abu Dawud dalam As-Sunnah (4682), At-Turmudzi, kitab Ar-Radha (1162) yang serupa iti dari hadits Abu Hurairah.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/78-tidak-memperhatikan-isteri.html